YKGP - Hallo Gaez, Dengan meraih runner-up di MotoGp Catalunya kemarin, memang Quartararo menjadi bahan perbincangan di dunia MotoGPsphere, betapa tidak ia begitu konsisten mempertahankan kecepatannya, ia sangat fokus dan bisa mengendalikan diri dengan tidak buru-buru untuk menyerang rider di depannya. Namun apakah benar ia memang layak untuk mendapatkan posisi tersebut dan sudahkah ia menjawab keraguan semua orang tentang dirinya?
El Diablo sejatinya baru berusia 19 th ketika dipinang SIC Petronas untuk menemani Morbidelli untuk balap di kelas tertinggi MotoGP. Dibandingkan dengan sesama rookie di tahun ini memang ia tidak memiliki bekal yang cukup, malah bisa dibilang jauh dari layak, tidak seperti Francesco 'Peco' Bagnaia, Miguel Oliveira dan Joan Mir, jelas ia sangat inferior. Fabio Quartararo hanya berbekal prestasi satu kali kemenangan di Moto2 dan cuma bisa bertengger di posisi 10 klasemen akhir. Sebaliknya tengok saja Bagnaia, ia adalah juara dunia Moto2 2018, sedangkan Oliveira menjadi runner-up, serta Joan Mir adalah Rookie of The Year pada kategori intermediate musim lalu di Moto2.
Namun di luar dugaan ia berhasil 2 kali pole bahkan menggeser Marquez sebagai pole sitter termuda di kelas primer ini, kemudian juga ia mampu meraih podium perdana di Catalunya. dan juga ia acapkali merepotkan pembalap top lainnya saat race berlangsung, kemudian kita flashback ke Race Lemans, start dari posisi 10 ia terlempar ke posisi 16 saat balapan berlangsung namun seiring berjalannya race ia berhasil merangsek dan bisa finis ke 8. dengan catatan ia menggunakan motor yang biasa saja.
Dengan motor yang biasa saja ia sudah membuktikan di beberapa kesempatan bahwa ia mempunyai potensi lebih daripada sesama rookie di tahun ini, dengan podium perdananya ini ia cukup baik membungkam keraguan publik tentang dirinya, namun ada sedikit catatan bahwa ia bisa podium dikarenakan ada faktor keberuntungannya juga, karena ia mendapat hibah dari jatuhnya pembalap top MotoGP di depannya, crash beruntun yang melibatkan Lorenzo,Dovi, Vinales, dan Rossi adalah bisa dikatakah 'hibah' untuknya.
Terlepas dari ia mendapatkan hibah, Quartararo mampu mengasapi motor dengan paket komplit Desmosedici GP19 milik Petrucci, dengan motor YZR-M1 nya yang tergolong motor biasa saja, kemudian juga ia berhasil memaksimalkan momentum yang didapatkannya ketika Rins hilang kendali lalu melebar, sehingga dengan mudah ia lewati.
Terlepas dari faktor ini dan itu, Quartararo mampu menunjukkan potensinya, terlepas dari hibah dan melebarnya pembalap di depannya, ini merupakan dinamika dari race itu sendiri, siapa yang bisa konsisten, siapa yang bisa memanfaatkan celah, siapa yang bisa cepat, siapa yang mampu menjalankan strateginya dengan baik, ialah yang bakal menjadi pemenangnya, "ini balapan bung"
Namun ada catatan lainnya untuk Quartararo, selama 7 seri yang sudah berlangsung ini, El Diablo masih kesulitan untuk melakukan start yang baik, karena start merupakan poin krusial untuk kans memenangkan balapan, makanya tak heran jika Ducati juga menanamkan HoleShot di motornya, guna memaksimalkan start awal, kemudian adalah paket motor yang biasa saja ini juga menjadi poin pengurang untuk memaksimalkan potensinya.
Seandainya pabrikan Yamaha mau mengubah kebijakannya dan mau memberikan paket yang terbaik untuk Quartararo, bisa saja El Diablo mampu merebut gelar Rookie of The Year, atau bahkan mampu menjadi tim independen terbaik untuk tahun ini.
Arrivederci,...
0 komentar